pengembanganlebih lanjut dan evaluasi pengembangan yang telah dilaksanakan. Pengembangan terutama harus dilakukan untuk bidang pariwisata karena saat ini masih tahap pembentukan awal, namun desa cihirup memiliki potensi pariwisata yang bagus yaitu bangong. DAFTAR PUSTAKA Alma, B. 2003. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa.Edisi 2.
Bagaimana prinsip pengembangan kegiatan pariwisata? Jawab Berikut prinsip pengembangan pariwisata. Partisipasi, pariwisata harus melibatkan masyarakat lokal dalam pembangunan. Keikutsertaan para pelaku, menyeimbangkan kemampuan masyarakat dengan kebutuhan wisatawan. Kepemilikan lokal, kerja sama antara masyarakat sebagai pelaku usaha. Pemanfaatan berkelanjutan, harus menjamin keberlanjutan. - Jangan lupa komentar & sarannya Email nanangnurulhidayatPendekatandasar membayangkan pembangunan pariwisata berkelanjutan di Queensland dengan tiga prinsip utama (triple-bottom-line) melalui keseimbangan di bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Prinsip pariwisata berkelanjutan dengan tujuan-tujuan ekonomi, yaitu. (a) meningkatkan pengeluaran pengunjung; Pariwisata merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat di era modern saat ini. Padatnya rutinitas hidup membuat manusia memerlukan kegiatan traveling atau pariwisata. Indonesia memiliki beragama potensi pariwisata baik itu dalam bentang alam maupun budaya nya. Kegiatan pariwisata dapat meningkatkan pendapatan daerah dan menjadi pendongkrak citra negara Indonesia di mata dunia. Saat ini dengan munculnya aplikasi media sosial, beragam objek wisata baru bermunculan dan menjadi trend. Wilayah yang dulunya biasa-biasa saja kini menjadi objek vital wisata hingga terkenal di Mancanegara. Artinya setiap daerah memiliki potensi yang bisa dikembangkan untuk menjadi sarana wisata. Dalam mengembangkan pariwisata setidaknya 3 prinsip ini harus terpenuhi. Indonesia punya potensi wisata yang indah 1. Something to See Artinya "ada sesuatu untuk dilihat". Setiap daerah tentu punya objek yang bisa dilihat dan jika objek itu menarik maka ia dapat dijadikan sebagai lokasi wisata wisata. Objek tersebut dapat berupa kenampakan alam maupun budaya. Contohnya saja dulu tidak ada yang namanya wisata Gunung Api Nglanggeran. Namun setelah dikaji ulang ternyata gunung batu tersebut menyimpan potensi wisata sejarah, geologi dan ekowisata. Setelah di kembangkan kini menjadi Desa Wisata dan terkenal hingga mancanegara. 2. Sometihing to do Artinya "ada sesuatu untuk dilakukan". Jika objek wisata sudah ada maka langkah selanjutnya adalah mencari kegiatan yang bisa dilakukan di sana. Jika ada objek air terjun maka selain menikmati indahnya air terjun, wisatawan harus melakukan aktifitas lain seperti berenang, hiking atau lainnya. Orang akan berinteraksi dengan objek tersebut sehingga akan menciptakan kegembiraan dan kesenangan batin. 3. Something to buy Artinya "ada sesuatu untuk dibeli". Tentunya para wisatawan memerlukan kebutuhan di tempat wisata mulai dari makanan, minuman sampai cinderamata. Jadi tempat wisata harus punya beragam pernak-pernik tambahan untuk dibeli. Orang datang ke Bali misalnya, maka disana juga harus ada fasilitas hotel untuk menginap, restoran, outlet cinderamata dan lainnya. Gambar Kegiatanwisata ini dapat dikelola oleh suatu badan usaha, sedang pelaksana atraksi parsialnya tetap dilakukan oleh petani lokal yang memiliki teknologi yang diterapkan. Daerah pengembangan wisata di Bali, yang umumnya terdapat di wilayah pesisir, secara umum menimbulkan dampak lingkungan, seperti pengurugan hamparan terumbu karang dan Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. ABSTRAKBerdasarkan regulasi, pembangunan industri pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomia Indonesia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan menyediakan lapangan pekerjaan. Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti dilakukan yaitu untuk menjelaskan strategi pengembangan idnustri pariwisata di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian studi kepustakaan yang mengacu pada pustaka-pustaka sebelumnya mengenai pengembangan idnustri pariwisata di Indonesia. Industri pariwisata di Indonesia perlu dilakukan pengembangan dikarenakan jumlah kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara masih rendah bila dibandingkan dengan industri pariwisata di negara lain. Peneliti membahas mengenai strategi pengembangan industri pariwisata dengan mengacu kepada peluang, kekuatan, kekurangan dan tantangan pada industri pariwisata di Indonesia. Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh gambaran mengenai strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan industri pariwisata di kunci Strategi, pengembangan, pariwisataPENDAHULUANPengembangan pembangunan infrastruktur saat ini telah dilakukan dengan intensif oleh pemerintah. Menurut sekretariat Kabinet RI tahun 2017, pembangunan infraastruktur di Indonesia dikatakan masih begitu tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain. Tujuan dari pembangunan Industru tersebut yaitu untuk merespon perubahan yang terjadi pada dunia industru secara keseluruhan. Salah satu industri yang mengalami perubahan yang terjadi pada dunia industri yaitu industri pariwisata. Saat iniindustri pariwisata menjadi salah satu sektor yang dipandang sangat menguntungkan dikarenakan masih banyak potensi wisata yang dapat dikembangkan Mariyono 2017, Cholik 2017. Penerimaan pendapatan daerah menjadi salah satu potensi yang dapat ditingkatkan Incera et al. 2015. Perkembangan pariwisata di Indonesia tidak terlepas dari pengembangan pasriwisata di daerah Oktavia 2017; Sutanto 2016. Dengan demikian, strategi dalam pengembangan pariwisata perlu dilakukan untuk lebih mengembangkan pariwisata di penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu metode penelitian kepustakaan library research. Penelitian dilakukan dengan serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan pengumpulan data dari pustaka. Abdul Rahman Sholeh menyatakan, penelitian kepustakaan library research merupakan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan cara untuk mendapatkan data informasi dengan menempatkan fasilitas yang ada di perpustakaan seperti majalah, buku, dokumen, skripsi, jurnal, dan catatan kisah-kisah sejarah atau penelitian kepustakaan murni yang berkaitan dengan objek penelitian. HASIL DAN PEMBAHASANAnalisis Strategi Pengembangan Industri PariwisataBerdasarkan hasil kepustakaan yang dilakukan peneliti maka peneliti melakukan analisi terhadap strategi yang dilakukan untuk mengembangkan industri pariwisata di Indonesia. Analisis dilakukan dengan mengetahui peluang, kekuatan, kekurangan dan tantangan pada industri pariwisata di Indonesia. Analisis strategi pengembangan industri pariwisata di Indonesia yaituPeluang industri pariwisata IndonesiaPeluang industri pariwisata di Indonesia yaitu sebagai berikutKawasan wisata yang masih asriWisata yang sangat beragam, mulai dari wisata darat, wisata air, wisata sejarah, dan masih banyak lagiTempat penginapan yang banyak di sekitar kawasan wisataBanyak pusat perbelanjaan di sekitar kawasan wisataBanyak wisatawan yang tertarik terhadap wisata dan budaya IndonesiaPenyegaran kawasan wisata oleh pemerintah setempatBerbag wisata kuliner yang berada di sekitar kawasan industri pariwisata IndonesiaKekuatan industri pariwisata di Indonesia yaitu sebagai berikutDestinasi wisata yang mengandalkan sumber daya alam di IndonesiaKawasan-kawasan wisata legendaris di IndonesiaMasyarakat yang berada di sekitar kawasan wisata sangat ramahBanyak kawasan perdagangan di areal kawasan industri pariwisata IndonesiaKekurangan industri pariwisata di Indonesia yaitu sebagai berikutSarana transportasi umum yang masih sulit untuk menuju tempat wisataKondisi jalan areal wisata yang buruk sehingga sulit untuk dijangkau oleh wisatawanPartisipasi generasi muda yang masih kurang dalam pelestarian wisata di IndonesiaAgenda program wisata yang kurang industri pariwisata IndonesiaTantangan industri pariwisata di Indonesia yaitu sebagai berikutDukungan pemerintah dan masyarakat umum daerah yang masih kurang terhadap kawasana wisata di IndonesiaPengembangan wisata di beberapa kawasan tidak menarik para wisatawanRendahnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian cagar budayaBanyak wisata di negara lain yang lebih menarik dibandingkan dengan wisata di Strategi Pengembangan Industri Pariwisata di IndonesiaPengembangan Objek Wisata di Indonesia akan mendorongnya terjadi peningkatan pendapatan masyarakat yang pada gilirannya akan mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Seiring dengan itu, pengembangan objek wisata secara langsung atau tidak langsung akan mendorong pertumbuhan dan pengembang wilayah, baik secara fisik, maupun secara sosial, budaya dan yang digunakan pada penelitian ini untuk mengukur strategi pengembangan objek wisata di Indonesia, yaitu dengan indikator planning perencanaan, organizing pengorganisasian, actuating pengarahan, dan controlling pengawasan. Berikut akan diurai masing-masing Planning perencanaan, kurang optimal yakni penyusunan rencana kerja dalam manajemen strategi pengembangan objek wisata yang kurang sesuai dengan kebijakan yang telah dibuat, kurang sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah direncanakan. b. Organizing pengorganisasian, kurang jelasnya perincian kerja antara pihak Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten dengan pihak UPT sebagai pengelola/pengembang objek wisata, termasuk penempatan dan pembagian tugas masing-masing pihak Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten dengan UPT Actuating pengarahan, tidak adanya pedoman kerja dalam manajemen strategi pengembangan objek wisata, tidak adanya pengarahan bagi pihakpihak terkait dan kurangnya koordinasi antara Instansi terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum PU, pihak Kecamatan Rupat Utara, pihak UPT Pariwisata, Kepala Desa, dan RT/RW Controlling pengawasan, pengawasan yang dilakukan kurang optimal yakni tidak adanya standar yang jelas dalam melakukan pengawasan, kurangnya melakukan penilaian dan tindakan perbaikan yang dilakukan kurang jelas, termasuk sanksi yang diberikan tidak yang mempengaruhi manajemen strategi Dinas Pariwisata dalam pengembangan objek wisata di Indonesiadalah sebagai berikuta. Anggaran/Dana Minimnya anggaran/dana adalah merupakan faktor yang mempengaruhi manajemen strategi Dinas Pariwisata dalam pengembangan objek wisata, dana yang diharapkan dari APBD tidak mencukupi, sehingga anggaran/dana diambil dari proyek yang berkaitan dengan Sumber Daya Manusia SDM Rendahnya tingkat pendidikan pihak pengelola/pengembang objek wisata, berpengaruh terhadap pengembangan objek wisata itu sendiri. Rata-rata tingkat pendidikan pihak pengelola/pengembang objek wisata tamat SMA Sekolah Menengah Atas.c. Sarana dan Prasarana Kurangnya sarana dan prasarana juga berpengaruh terhadap manajemen strategi Dinas Pariwisata dalam pengembangan objek wisata. Sarana prasarana yang dimaksud adalah tidak adanya penginapan, rumah makan, jasa kesehatan, rumah ibadah dan MCK Mandi Cuci Kakus.Strategi Perencanaan Pengembangan Pariwisata di IndonesiaStrategi KebijakanMembuat pedoman umum serta pedoman pengelolaan objek wisata yang lebih terfokus pada Manajemen Wisatawan yang meliputi interprestasi dan pengaturan pola arus pengunjung. Membuka kesempatan bagi pihak swasta untuk berinvestas, serta Dinas Pariwisata Kabupaten melakukan promosi objek Fasilitas dan Aktivitas WisataUntuk jumlah akomodasi yang ada diperlukan mengoptimalkan kualitas secara fisik bangunan dan pelayanan, sehingga tercapai standar pelayanan yang baik, dengan demikian diperlukan masukan-masukan dari pemerintah kepada para pengelola akomodasi sebagai rekomendasi peningkatan standar pelayanan hotel, sanitasi dan kepuasan konsumen. Diperlukan adanya perbaikan akses jalan, banyaknya fasilitas makan dan minum namun belum mencapai standar dalam hal sanitasi dan kesehatan, dengan demikian diperlukan pula pembuatan standar dan persyaratan fasilitas makan dan minum oleh pemerintah sehingga kondisinya lambat laun dapat menyesuaikan dengan standar Strategi Produk. Strategi produk dapat dilakukan dengan menambahkan atraksi wisata yang unik dan menarik segmen yang lebih luas lagi, misalnya bagi kaum muda dapat menambahkan fasilitas penampilan adat budaya yang dapat dikelola langsung oleh Strategi Harga Biaya wisata masih sangat terjangkau oleh wisatawan dan sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Dapat dilakukan studi yang berkelanjutan mengenai perubahan pola perilaku pasar objek wisata di Indonesia ehingga dapat lebih memberikan penyesuaian untuk harga yang pantas3. Strategi Tempat Place/Distribution Objek wisata di Indonesia sudah dilakukan pendistribusian dengan baik. KESIMPULANPenelitian ini bertujuan untuk membuat berbagai perencanaan strategi pengembangan destinasi wisata di Indonesia. Kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh industri wisata di Indonesia dianalisis secara komprehensif. Dari hasil analisis tersebut diperoleh gambaran bahwa kawasan objek wisata di Indonesia memiliki daya kompetitif yang rendah untuk menghadapi ancaman dari destinasi wisata lainnya. Selain itu diperlukan juga pembenahan kualitas dan kuantitas infrastruktur dan fasilitas penunjang. Keberadaan para stakeholder yang berkecimpung di industri pariwisata kota tidak ada salahnya untuk menjalankan strategi yang direkomendasikan oleh penulis dan dilakukan evaluasi lebih lanjut. Sehingga, apabila masih terdapat kekurangan atau kelemahannya, hal tersebut bisa menjadi bahan kajian yang menarik dalam penelitianpenelitian PUSTAKAArif, T. M. H., & Hossin, M. Z. 2016. A comparative analysis of internal and external environments between Hotel Hyatt, UK and Hotel The Cox Today, Cox's Bazar, Bangladesh. IOSR Journal of Humanities and Social Science, 216, 13-22. I. N. 2015. Promotion strategy dan peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam meningkatkan kunjungan wisatawan. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen, 36, 1-18. Retrieved from A. 2017. Tourism development and strategy for increasing numbers of visitors in Kediri. Journal of Indonesian Tourism and Development Studies, 52, 131-136. D. W., Sunaryo, & Yudaningtyas, E. 2015. Fight for the spirit game bergenre RPG menggunakan Fuzzy-SWOT berbasis web. Jurnal EECCIS, 91, L. 2010. Tourism as a development factor in the light of regional development theories. Tourism, 201, 5-10. H. H., & Huang, W. C. 2006. Application of a quantification SWOT analytical method. Mathematical and Computer Modelling, 431-2, 158-169. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
modelpengembangan pariwisata yang akan menjad isoul si bagi parwi si ata massa,l pence-gahan kerusakan ekologi dan eksploitasi kegiatan wisata di kawasan Pantai Selatan DIY dengan studi kasus: Pantai Baru, Bantul, DIY. Dari latar belakang tersebut maka dapat ditarik beberapa pertanyaan penelitian dalam penelitian ini yaitu Bagaimana Penerapan
Sejarah Pembangunan BerkelanjutanDefinisi Pembangunan BerkelanjutanPrinsip Dasar Pembangunan BerkelanjutanAspek pembangunan ekonomiAspek pembangunan lingkungan alamAspek pembangunan sosial-budayaKomponen Pembangunan Pariwisata BerkalanjutanIndikator Pembangunan Pariwisata BerkelanjutanJenis-jenis Pariwisata BerkelanjutanReferensi Konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan sustainable tourism development muncul diakibatkan oleh dampak buruk dari kegiatan pariwisata, terutama pada masa tumbuh dan berkembangnya pariwisata masal mass tourism di berbagai destinasi pariwisata di dunia. Pariwisata masal pada waktu itu sangat identik dengan perencanaan yang buruk, tidak terkendali sporadis, dan terkesan hanya mementingkan pertumbuhan ekonomi semata atau materialistis, sehingga seringkali dapat mengikis atau mengurangi kemampuan daya dukung, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya sosial budaya. Dampak buruk tersebut dapat merusak keberlangsungan ekonomi masyarakat secara jangka panjang. Oleh sebab itu, munculah konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan yang diharapkan bisa meminimalkan dampak buruk atau dampak negatif pembangunan pariwisata secara jangka panjang. Konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan mulai digaungkan pada tahun 1980-an Sirakaya dkk., 2001. Konsep tersebut sebenarnya diadopsi dan dipostulasikan dari konsep pembangunan berkelanjutan sustainable development sebagai konsep besarnya. Menurut Maksimeniuk & Timakova 2020, definisi pembangunan berkelanjutan mulai disebutkan pertamakali dalam “World Environment Protection Strategy” yaitu suatu undang-undang international mengenai strategi proteksi lingkungan yang dikeluarkan oleh World Conservation Union atau sekarang dikenal dengan International Union for Conservation of Nature and Natural Resources IUCN pada tahun 1980. Selanjutnya, pembangunan berkelanjutan tidak hanya sebatas dalam konsep yang diteliti oleh para peneliti dan akademisi saja, tetapi mulai diadopsi dalam berbagai kebijakan dan peraturan oleh negara-negara di dunia yang selanjutnya menjadi agenda bersama dari negara-negara PBB. Pertemuan demi pertemuan internasional mengenai pembangunan berkelanjutan telah terselenggara yang diinisiasi oleh negara-negara PBB seperti Earth Summit di Rio de Janeiro-Brazil 1992, Millennium Summit pada September 2000 di kantor pusat PBB di New York, KTT Dunia tentang Pembangunan Berkelanjutan di Afrika Selatan 2002, Konferensi PBB dalam pembangunan berkelanjutan Rio+20 di Rio de Janeiro-Brazil 2012, dan puncaknya pada tahun 2015 dalam KTT Pembangunan Berkelanjutan PBB the UN Sustainable Development Summit terciptalah kebijakan internasional mengenai pembangunan berkelanjutan yang disebut dengan SDGs Sustainable Development Goals atau agenda 2030. Sekarang, SDGs terus direview dan dievaluasi melalui Forum Politik Tingkat Tinggi tentang Pembangunan Berkelanjutan High-level Political Forum on Sustainable Development yang dilakukan setahun sekali. Dengan adanya SDGs ini, pembangunan berkelanjutan telah menjadi isu bersama negara-negara di dunia, terutama negara-negara yang terafiliasi dengan PBB. Definisi Pembangunan Berkelanjutan Dalam World Environment Protection Strategy tersebut, definisi pembangunan berkelanjutan sendiri disebutkan sebagai proses “pembangunan yang dilakukan tanpa menghabiskan dan merusak sumber daya”. Sementara itu, definisi pembangunan berkelanjutan yang paling banyak disitasi saat ini adalah “pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri” WCED, 1987. Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dapat dicapai dengan cara mengelola sumber daya agar dapat diperbarui atau dengan cara beralih dari penggunaan sumber daya yang sulit diperbarui ke sumber daya yang mudah untuk diperbarui. Oleh sebab itu, dalam pendekatan pembangunan berkelanjutan ini, dapat memungkinkan penggunaan dan pemanfaatan sumber daya, yang pada akhirnya tidak hanya dapat digunakan oleh generasi saat ini, tetapi juga dapat digunakan oleh generasi yang akan datang. Deklarasi Den Haag tentang Pariwisata yang diadopsi oleh Inter Parliamentary Union IPU dan Organisasi Pariwisata Dunia UNWTO pada tahun 1989 menunjukkan bahwa pariwisata dan alam sangat saling bergantung. Jadi, tindakan harus diambil untuk membantu perencanaan pembangunan pariwisata yang terintegrasi sesuai dengan konsep “pembangunan berkelanjutan”. Konsep tersebut disebutkan dalam Laporan Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan Laporan Brundtland dan dalam laporan ” Environmental Perspective to the Year 2000 and Beyond” yaitu suatu program dari United Nations Environment Program UNEP Maksimeniuk & Timakova, 2020. Jadi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pembangunan pariwisata berkelanjutan itu selaras dengan konsep pembangunan berkelanjutan secara umum. Prinsip Dasar Pembangunan Berkelanjutan Pendekatan lain dari konsep pembangunan berkelanjutan yaitu dari sisi prinsip-prinsip atau pilar-pilar tujuan pembangunan yang harus dicapai, yaitu pendekatan keseimbangan pembangunan antara pembangunan ekonomi, perlindungan lingkungan alam dan pembangunan sosial-budaya atau biasa disebut dengan triple bottom lines pembangunan berkelanjutan. Untuk lebih jelasnya berikut aspek-aspek pembangunan berkelanjutan dalam Panasiuk 2011. Sumber Penulis, diolah dari berbagai sumber Aspek pembangunan ekonomi Economic profitability keuntungan ekonomi Memastikan kelangsungan hidup dan daya saing destinasi dan bisnis untuk mencapai kelangsungan hidup secara jangka panjang; Local prosperity kemakmuran masyarakat setempat Memaksimalkan manfaat ekonomi dari sektor pariwisata bagi masyarakat setempat, termasuk pengeluaran wisatawan di destinasi tersebut; Quality of employment kualitas pekerjaan Meningkatkan kuantitas dan kualitas pekerjaan di destinasi yang terkait dengan pariwisata, termasuk upah, lingkungan kerja dan kesempatan kerja tanpa diskriminasi; Sosial equity kesetaraan sosial Memastikan distribusi manfaat sosial dan ekonomi yang adil dan merata yang berasal dari pariwisata. Aspek pembangunan lingkungan alam Physical integrity keutuhan lingkungan fisik Menjaga dan membangun kualitas lanskap, baik di perkotaan maupun pedesaan dan mencegah pencemaran ekologi serta visual; Biological diversity keanekaragaman hayati Mempromosikan dan melindungi lingkungan, habitat alam dan satwa liar, serta meminimalkan dampak pariwisata terhadap lingkungan alam; Effective waste management pengelolaan limbah yang efektif Meminimalkan pemanfaatan sumber daya langka dan tidak terbarukan dalam pengembangan pariwisata; Clean environment kebersihan lingkungan alam Meminimalkan pencemaran air, udara, tanah dan pengurangan limbah oleh wisatawan dan bisnis pariwisata. Aspek pembangunan sosial-budaya Welfare of the community kesejahteraan komunitas Membangun kesejahteraan masyarakat termasuk infrastruktur sosial, akses sumber daya, kualitas lingkungan dan pencegahan korupsi sosial serta eksploitasi sumber daya; Cultural wealth kekayaan budaya Memelihara dan mengembangkan warisan budaya lokal, adat istiadat, dan keunikan karakteristik atau sifat dari komunitas dan masyarakat setempat; Meeting expectations of visitors memenuhi ekspektasi pengunjung Memberikan pengalaman wisata yang aman dan menyenangkan, yang dapat memenuhi kebutuhan dan harapan wisatawan; Local control pengendalian oleh masyarakat setempat Pelibatan masyarakat setempat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan pengelolaan destinasi pariwisata. Komponen Pembangunan Pariwisata Berkalanjutan Dari berbagai definisi yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembangunan berkelanjutan itu sangat memperhatikan keseimbangan, baik keseimbangan dari dimensi waktu yaitu waktu sekarang dan masa depan, maupun keseimbangan dari tujuan pembangunan atau dimensi kepentingan yaitu kepentingan keberlanjutan dari aspek ekonomi, lingkungan alam dan sosial-budaya. Oleh sebab itu, pembangunan pariwisata berkelanjutan juga harus menjalankan prinsip-prinsip keseimbangan tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembangunan pariwisata berkelanjutan adalah upaya melakukan pengelolaan kepariwisataan dengan merealisasikan prinsip pembangunan berkelanjutan, agar sumberdaya pariwisata selalu bernilai dari generasi ke generasi dan keseimbangan antara manfaat ekonnomi, kelestarian lingkungan alam, dan nilai sosial-budaya selalu terjaga. Ketiga prinsip dasar pariwisata berkelanjutan triple bottom lines di atas selanjutnya dikembangkan lagi menjadi 5 lima prinsip oleh UNWTO dengan mengacu pada Sustainable Development Goals SDGs dari UNDP di tahun 2015 yaitu prinsip keseimbangan antara People, Planet, Prosperity, Peace dan Partnership, yang sekarang dikenal dengan singkatan 5 Ps, dengan 17 indikator yang menyertainya. Berikut adalah penjabaran dari 5 Ps tersebut. People dalam SDGs, pembangunan di sektor apapun termasuk kepariwisataan harus bertujuan untuk menghentikan kemiskinan poverty dan kelaparan hunger, dalam segala bentuk dan dimensi apapun, dan juga untuk memastikan bahwa semua manusia memiliki kesetaraan dalam martabat dan dalam lingkungan yang sehat. Planet dalam SDGs, pembangunan di sektor apapun termasuk kepariwisataan harus bertujuan untuk melindungi planet atau sumberdaya alam beserta iklim yang dapat selalu mendukung kebutuhan generasi sekarang dan generasi yang akan datang. Prosperity dalam SDGs, pembangunan di sektor apapun termasuk kepariwisataan harus bertujuan untuk memastikan bahwa semua manusia dapat menikmati kehidupan yang sejahtera, kebutuhan hidup yang terpenuhi, serta memastikan kemajuan ekonomi, sosial dan teknologi berjalan selaras dengan alam. Peace dalam SDGs, pembangunan di sektor apapun termasuk kepariwisataan harus bertujuan untuk menumbuhkan masyarakat yang menjungjung kedamaian, keadilan, dan inklusifitas tidak eksklusif. Partnership dalam SDGs, pembangunan di sektor apapun termasuk kepariwisataan harus bertujuan untuk menguatkan semangat solidaritas dan kolaborasi global, sehingga permasalahan lintas geografis dan lintas sektoral dapat ditanggulangi dengan baik. Indikator Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Indikator pembangunan pariwisata berkelanjutan merupakan metrik yang digunakan untuk mengukur tingkat keberlanjutan sustainability dalam industri pariwisata. Indikator ini sangat berguna untuk dijadikan panduan oleh pengelola destinasi pariwisata baik di tingkat nasional, regional maupun lokal. Indikator yang sering digunakan oleh para pengelola destinasi pariwisata di dunia adalah indikator yang dikeluarkan oleh The Global Sustainable Tourism Council GSTC yang biasa disebut dengan kriteria GSTC-D. GSTC adalah organisasi internasional yang mengkampanyekan praktik pariwisata berkelanjutan di seluruh dunia. GSTC telah mengembangkan seperangkat kriteria destinasi untuk digunakan sebagai tolok ukur untuk mengukur kinerja keberlanjutan suatu destinasi. Kriteria ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai alat bagi destinasi untuk menilai kinerja keberlanjutannya, serta bagi konsumen dan para pemangku kepentingan pariwisata lainnya untuk mengevaluasi keberlanjutan suatu destinasi. Kriteria GSTC-D telah mengalami perbaikan, dan sekarang disebut dengan kriteria GSTC-D v2. GSTC-D v2 terdiri dari empat pilar yang berisi sub-sub pilar yaitu Pengelolaan berkelanjutan, terdiri dari struktur dan kerangka pengelolaan, pelibatan pemangku kepentingan, mengelola tekanan dan perubahan. Kebrlanjutan sosial-ekonomi, terdiri dari manfaat ekonomi lokal, kesejahteraan dan dampak sosial. Keberlanjutan budaya, terdiri dari perlindungan warisan budaya dan mengunjungi situs budaya. Keberlanjutan lingkungan, terdiri dari konversi warisan alam, pengelolaan sumberdaya dan pengelolaan limbah dan emisi. Gambar Kriteria GSTC-D v2 Sumber GSTC 2019 Untuk lebih lengkapnya, Indikator pembangunan pariwisata berkelanjutan berdasarkan GSTC v2 dapat di download di sini. Jenis-jenis Pariwisata Berkelanjutan Dalam berbagai referensi, terdapat banyak bentuk kegiatan pariwisata yang menggunakan prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan dengan memperhatikan keseimbangan antara ekonomi, lingkungan alam dan sosial-budaya. Bentuk-bentuk kegiatan pariwisata tersebut seperti Responsible Tourism pariwisata bertanggung jawab adalah kegiatan pariwisata yang intinya untuk membuat tempat yang lebih baik bagi orang untuk tinggal dan tempat yang lebih baik untuk dikunjungi orang. Pariwisata yang bertanggung jawab mensyaratkan bahwa operator, pelaku bisnis perhotelan, pemerintah, masyarakat lokal dan wisatawan dapat mengambil tanggung jawab serta mengambil tindakan untuk membuat kegiatan pariwisata lebih berkelanjutan Harold Goodwin, 2014. Nature Tourism adalah bentuk kegiatan pariwisata yang bertanggung jawab yang khusus dilakukan di alam, yang bertujuan untuk melestarikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal Texas Park & Wildlife, 2021 Equitable Tourism pariwisata berkeadilan adalah salah satu bentuk kegiatan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk menerapkan prinsip-prinsip perdagangan yang berkeadilan di bidang pariwisata dengan memperhatikan serangkaian kriteria yang menitikberatkan pada penghormatan terhadap penduduk setempat dan gaya hidup mereka, serta keberlanjutan kemajuan pariwisata bagi masyarakat setempat. Secara umum istilah “pembangunan pariwisata berkeadilan” berkaitan dengan distribusi kegiatan ekonomi dan akses ke destinasi lintas wilayah, bangsa atau wilayah regional-nasional Patsy Healey, 2002 dalam Saravanan & Rao, 2012. Accessible Tourism adalah adalah upaya berkelanjutan untuk memastikan tujuan wisata, produk, dan layanan dapat diakses oleh semua orang, terlepas dari batasan fisik atau intelektual, disabilitas atau usia mereka Departemen Ekonomi dan Sosial PBB, 2021. Appropriate Tourism adalah salah satu bentuk pariwisata yang tidak membahayakan masyarakat atau budaya, sepanjang tingkat pembangunan pariwisata sesuai’ dengan kebutuhan suatu negara atau daerah Singh, Theuns & Go, 1989. Ecological Tourism adalah pemanfaatan sumber daya alam sebagai produk pariwisata dengan menggunakan prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan. Ecotourism adalah bentuk ecological tourism dengan tujuan utama untuk melestarikan alam atau berinteraksi dengan spesies langka. Kegiatan ekowisata melibatkan unsur edukasi dan interpretasi, serta dukungan untuk meningkatkan kesadaran akan perlunya pelestarian sumberdaya alam dan budaya. Ekowisata harus memiliki konsekuensi minimal terhadap lingkungan dan juga harus berkontribusi kepada kesejahteraan penduduk setempat Juganaru, Juganaru & Anghel, 2021 Eco-Ethnotourism adalah bentuk ecotourism yang lebih fokus terhadap hasil karya manusia daripada alam, dan berupaya memberikan pemahaman atau edukasi kepada wisatawan tentang gaya hidup masyarakat lokal. Green Tourism atau Environmentally-friendly Tourism adalah bentuk kegiatan pariwisata yang dilakukan dengan cara yang ramah terhadap lingkungan. Soft Tourism selain bertujuan untuk pelestarian lingkungan alam dan perlindungan kesehatan manusia, bentuk pariwisata ini memiliki tujuan lain yaitu untuk tujuan sosial penghormatan terhadap adat istiadat, tradisi, sosial dan struktur keluarga penduduk setempat, dan untuk tujuan ekonomi distribusi pendapatan yang adil dan diversifikasi penawaran pariwisata Juganaru, Juganaru & Anghel, 2021. Rural Tourism adalah bentuk pariwisata yang dilakukan di daerah perdesaan desa wisata yang bertujuan untuk mengharmoniskan kebutuhan pariwisata dan pelestarian lingkungan alam dan sosial-budaya dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Community Tourism adalah bentuk pembangunan pariwisata yang difokuskan pada pelibatan penduduk lokal dan ditujukan untuk kesejahteraan mereka. Penduduk lokal memiliki kendali penuh atas pendapatan yang dihasilkan dari pariwisata, sebagian besar pendapatan ditujukan untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat, memberikan perhatian khusus terhadap lingkungan alam dan tradisi penduduk setempat. Bentuk pengembangan pariwisata ini seringkali dipadukan dengan pengembangan kegiatan produksi, seperti transformasi hasil pertanian atau workshop kerajinan, yang produknya terutama dijual kepada wisatawan Juganaru, Juganaru & Anghel, 2021. Pro-poor Tourism adalah bentuk pariwisata yang menghasilkan keuntungan bersih untuk masyarakat miskin. Keuntungan tersebut dapat bersifat ekonomi, sosial, lingkungan atau budaya. Pariwisata yang berpihak pada kaum miskin tidak secara spesifik mengacu pada pariwisata budaya atau etnis Bolnick, 2003. Agritourism adalah bentuk pariwisata yang memungkinkan interaksi antara wisatawan dengan pemilik atau pengelola pertanian di suatu daerah perdesaan dengan prinsip keberlanjutan. Interaksi tersebut menghasilkan suatu aktivitas wisata yang berbasis pertanian seperti perawatan hewan ternak, perawatan tanaman, kerajinan tangan, atau hiburan dan permainan. dan lain-lain. Referensi Bolnick, Steven 2003. Promoting the Culture Sector through Job Creation and Small Enterprise Development in SADC Countries The Ethno-tourism Industry. International Labour Organization Goodwin, Harold 2014. What is Responsible Tourism?. Tersedia Juganaru, I. D., Juganaru, M., Anghel A. Sustainable Tourism Types, Tersedia Https// Maksimeniuk, V., & Timakova, R. 2020. Revisiting the notion of “sustainable tourism” for legal regulation purposes in russian federation and republic of belarus. Les Ulis EDP Sciences. doi Panasiuk, A. red. 2011. Ekonomika turystyki i rekreacji Economics of tourism and recreation. Wydawnictwo Naukowe PWN Saravanan, A & Rao Y. Venkata 2012. Equitable Tourism Development Need For Strategic partnership. International Journal of Multidisciplinary Research, Issue 3. Singh, T. V. ; Theuns, H. L. ; Go, F. M. 1989. Towards appropriate tourism the case of developing countries. Frankfurt-am-Main Peter Lang Sirakaya, E., Jamal, T. and Choi, 2001, “Developing tourism indicators for destination sustainability”, in Weaver, Ed., The Encyclopedia of Ecotourism, CAB International, New York, NY, pp. 411-32. World Commission on Environment & Development WCED 1987, Our Common Future, Oxford University Press, Oxford.. 213 99 413 251 18 59 18 401