DALAMmeniti perjuangan dakwah, ada satu hal yang berat dilakukan tapi mutlak dijaga agar irama dakwah bisa berjalan seimbang, yaitu: ukhuwah (persaudaraan). Hal itu bisa terealisasi ketika hati masing-masing dai dalam biduk dakwah bisa tertata. Jika hati sudah tertata, maka sangat mudah untuk menjaga irama dakwah.
Dakwah adalah jalan para nabi dan rasul Allah SWT. Tak ada seorang nabi dan rasul pun diutus oleh Allah SWT kecuali untuk berdakwah; menyampaikan risalah-Nya kepada umat manusia. Para nabi dan para rasul adalah orang-orang mulia. Mereka adalah manusia-manusia pilihan Allah SWT. Demikian pula tugas dakwah yang mereka emban. Sama-sama mulia. Begitu mulianya, tidak ada yang lebih baik daripada aktivitas dakwah. Allah SWT tegas berfirman وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ Siapakah yang lebih baik ucapannya daripada orang-orang yang menyeru manusia ke jalan Allah, beramal shalih dan berkata, “Sungguh aku ini termasuk kaum Muslim.” TQS Fushilat [41] 33. Namun demikian, sebagai bagian dari sunatullah, jalan dakwah bukanlah jalan yang mulus. Jalan dakwah adalah jalan terjal, penuh onak dan duri. Jalan yang kadang mengundang bahaya. Karena itu tak sedikit yang berguguran di jalan dakwah. Namun, tidak demikian dengan para nabi dan para rasul. Tak ada satu nabi dan rasul pun kecuali mereka tetap istiqamah dan teguh di jalan dakwah. Salah satu contohnya adalah Nabi Nuh as. Beliau mendakwahi umatnya selama 950 tahun! Lihat QS al-Ankabut [29] 14. Yang luar biasa, beliau mendakwahi umatnya siang dan malam! Namun begitu, sebagaimana kita ketahui, orang-orang yang berhasil beliau dakwahi tidak banyak. Para pengikut beliau sangatlah sedikit. Banyak yang tak peduli dan lari. Banyak pula yang menentang dakwah beliau Lihat QS Nuh [71] 5-7. Demikian pula Nabi Ibrahim as. dalam mendakwahi kaumnya. Tantangan dakwah beliau sangat berat. Bahkan beliau harus berhadapan dengan penguasa bengis, Raja Namrud. Akibat dakwah beliau, beliau harus rela dibakar dengan nyala api yang sangat besar yang mengepung beliau Lihat QS al-Anbiya’ [21] 66-69. Tantangan dakwah juga dialami oleh Nabi Luth as., Nabi Musa as., dan para nabi/rasul yang lain. Hal yang sama tentu juga dialami oleh Baginda Rasulullah saw. dan para Sahabat beliau. Hanya karena dakwah, Rasulullah saw., misalnya, pernah dipukul sampai pingsan HR Muslim; dilempar dengan batu, dilempari saat melewati Pasar Dzul Majaz oleh Abu Lahab HR Ibnu Hibban; dilempari dengan kotoran unta saat sedang sujud oleh Uqbah bin Abi Mu’ith HR al-Bukhari; hendak diinjak lehernya oleh Abu Jahal saat beliau sedang shalat; diejek dan di-bully saat beliau berdakwah ke Thaif HR Ibnu Hisyam; dicaci-maki bahkan diludahi HR ath-Thabari; dituding gila, tukang sihir, pemecah-belah, dll. Hal yang sama dialami oleh para Sahabat beliau. Ragam penyiksaan, misalnya, dialami antara lain oleh suami-istri, yaitu Yasir dan Sumayah, serta putranya, Ammar. Ada juga Sahabat yang diikat, seperti dialami oleh Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail dan ibunya HR al-Bukhari. Ada yang ditekan oleh Ibunya, seperti dialami oleh Saad bin Abi Waqash HR Ibnu Hibban. Ada yang dijemur di bawah terik matahari, seperti dialami Bilal bin Rabbah HR al-Hakim. Ada yang dilarang tampil dan menyerukan dakwah secara terbuka, seperti dialami oleh Abu Bakar HR al-Bukhari. Rasulullah saw. dan para Sahabat juga pernah diboikot selama 3 tahun. Mereka tinggal di suatu lembah. Selama pemboikotan, banyak dari mereka yang kelaparan, terutama anak-anak HR Ibnu Saad dan adz-Dzahabi. Beliau dan para Sahabat pun dihalang-halangi untuk berhijrah. Namun, semua itu tidak sedikit pun membuat mereka mundur dan surut dari jalan dakwah. Arah Perjuangan Dakwah Mengapa para nabi dan para rasul Allah SWT seluruhnya mengalami ragam tantangan, rintangan dan gangguan di jalan dakwah? Jawabannya setidaknya ada dua. Pertama, karena arah perjuangan dakwah mereka jelas dan tegas menentang segala bentuk kekufuran dan kesyirikan; menentang rezim zalim; menentang sistem status quo yang notabene rusak dan merusak, yang bertentangan dengan risalah yang mereka emban. Itulah risalah tauhid. Risalah yang mengajari manusia agar menyembah dan mengabdi hanya kepada Allah SWT. Tentu dengan menjalankan dan menerapkan seluruh syariah-Nya dalam seluruh aspek kehidupan mereka. Dengan begitu yang berlaku di tengah-tengah manusia hanyalah agama-Nya. Allah SWT berfirman هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا Dialah Allah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan kebenaran agar Dia menangkan atas semua agama. Cukuplah Allah sebagai Saksi TQS al-Fath [48] 28. Kedua, tentu karena konsistensi, keistiqamahan dan keteguhan mereka di jalan dakwah. Tak ada sedikit pun sikap putus asa, gentar apalagi takut. Mereka pantang mundur dari jalan perjuangan di jalan Allah. Bahkan teror kaum kafir terhadap mereka semakin menambah keimanan kepada Allah SWT dan makin menguatkan keyakinan mereka akan pertolongan-Nya. Allah SWT berfirman الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ Mereka ditakut-takuti oleh orang-orang yang berseru, “Sungguh orang-orang telah berkumpul untuk menyerang kalian. Karena itu takutlah kalian kepada mereka!” Namun, seruan itu malah makin menambah keimanan mereka. Mereka berkata, “Cukuplah Allah Penolong kami dan Dia adalah sebaik-baik Penolong.” TQS Ali Imran [3] 173. Karena itulah, sebagaimana Rasulullah saw. dan para Sahabat, hendaknya para pengemban dakwah hari ini tetap fokus pada arah perjuangan dakwah mereka. Arah perjuangan dakwah yang hakiki tentu harus tertuju pada penegakan sistem kehidupan Islam atau penerapan syariah Islam secara kâffah dalam seluruh aspek kehidupan. Memelihara Sikap Optimis Karena itu meski tantangan, rintangan dan gangguan di jalan dakwah sudah pasti terjadi, sudah selayaknya para pengemban dakwah tetap memelihara sikap optimis. Optimis bahwa pada akhirnya pertolongan Allah SWT akan segera tiba dan kemenangan dakwah akan segera datang. Sebabnya, pertolongan Allah SWT itu amat dekat. Demikian sebagaimana firman-Nya أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, sementara belum datang kepada kalian seumpama yang pernah dialami oleh orang-orang sebelum kalian. Mereka ditimpa ragam kesulitan dan bahaya serta berbagai guncangan hingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersama beliau berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah sungguh pertolongan Allah itu amat dekat TQS al-Baqarah [2] 214. Karena itu pula, agar kita selalu optimis Pertama, harus ditanamkan ke dalam hati kita dan umat ini, bahwa Islam adalah agama yang haq, yang diturunkan oleh Allah SWT untuk mengatur seluruh kehidupan umat manusia QS al-Maidah [5] 3. Kedua, harus ditanamkan ke dalam hati kita dan umat ini, bahwa kita adalah umat terbaik QS Ali Imran [3] 110. Karena itu Allah menetapkan kita dan umat ini sebagai pemimpin dunia, dengan membawa peradaban Islam yang sempurna QS al-Baqarah [2] 143. Ketiga, Allah SWT juga memerintahkan kita menerapkan pemerintahan berdasarkan wahyu yang telah Dia turunkan QS al-Baqarah [2] 49. Ini merupakan keniscayaan, bahwa kita dan umat ini adalah pemimpin seluruh umat manusia. Keempat, Allah SWT telah berjanji akan memenangkan agama-Nya atas semua agama yang lain QS at-Taubah [9] 33; QS al-Fath [48] 28; QS ash-Shaff [61] 9. Janji ini telah dipenuhi oleh Allah ketika Nabi Muhammad saw. masih hidup. Ketika Islam dimenangkan atas seluruh agama baik Yahudi, Nasrani, Paganisme maupun yang lain. Ketika itu ideologi belum lahir. Setelah ideologi Kapitalisme dan Sosialisme lahir, Islam memang secara politik dikalahkan, khususnya setelah Khilafah Islam dihancurkan oleh konspirasi kaum kafir, 3 Maret 1924 M. Namun, yakinlah, sesuai dengan janji Allah SWT, Islam akan kembali Dia menangkan atas seluruh ideologi yang ada di dunia. Apalagi Allah SWT pun berjanji akan memberikan kembali Kekhilafahan-Nya kepada kaum Mukmin dan orang-orang yang melakukan amal shalih, yang tidak menyekutukan Allah dengan yang lain sedikit pun QS an-Nur [24] 55. Kelima, harus ditanamkan ke dalam hati kita dan umat ini bahwa menegakkan Islam dan seluruh syariahnya dalam seluruh aspek kehidupan ini adalah wajib. Haram umat ini dan seluruh manusia diperintah dan dihukumi bukan dengan syariah Allah SWT, sebagaimana yang terjadi hari ini. Sebabnya, siapapun yang tidak memerintah dan berhukum dengan syariah-Nya bisa terkategori kafir, zalim atau fasik Lihat QS al-Maidah [5] 44,45 dan 47. Keenam, harus ditanamkan ke dalam hati kita dan umat ini bahwa setelah semua upaya terbaik sudah dilakukan, maka berikutnya adalah urusan Allah SWT Lihat QS ath-Thalaq [65] 3. Dengan kata lain, kita wajib bertawakal kepada Allah SWT dengan terus melakukan ikhtiar yang terbaik. Inilah yang menjadi hujjah kita di hadapan-Nya kelak. WalLâhu a’lam. [] Sumber Buletin Kaffah No. 226 04 Jumadil Akhir 1443 H/7 Januari 2022 M Tapiuntuk pendakwah yang sudah menjadi ustaz seleb, da'i nasional, wajar saja kalau tantangan yang diterimanya lebih berat. Dakwah Berliku Aa Gym. Saya masih ingat dengan cobaan yang menimpa KH. Abdullah Gymnastiar atau yang populer dipanggil Aa Gym. Waktu itu saya masih kecil. Aa Gym adalah penceramah yang sedang naik daun.

Dakwah adalah jalan para nabi dan rasul Allah ﷻ. Tidak ada seorang nabi dan rasul pun diutus oleh Allah ﷻ kecuali untuk berdakwah; menyampaikan risalah-Nya kepada umat nabi dan para rasul adalah orang-orang mulia. Mereka adalah manusia-manusia pilihan Allah ﷻ. Demikian pula tugas dakwah yang mereka emban. Sama-sama mulia. Begitu mulianya, tidak ada yang lebih baik daripada aktivitas dakwah. Allah ﷻ tegas berfirmanوَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَSiapakah yang lebih baik ucapannya daripada orang-orang yang menyeru manusia ke jalan Allah, beramal shalih dan berkata, “Sungguh aku ini termasuk kaum Muslim.” TQS Fushilat [41] 33.Namun demikian, sebagai bagian dari sunatullah, jalan dakwah bukanlah jalan yang mulus. Jalan dakwah adalah jalan terjal, penuh rintangan dan duri. Jalan yang kadang mengundang bahaya. Karena itu tidak sedikit yang berguguran di jalan dakwah. Namun, tidak demikian dengan para nabi dan para rasul. Tak ada satu nabi dan rasul pun kecuali mereka tetap istiqamah dan teguh di jalan dakwah. Salah satu contohnya adalah Nabi Nuh as. Beliau mendakwahi umatnya selama 950 tahun! Lihat QS al-Ankabut [29] 14. Yang luar biasa, beliau mendakwahi umatnya siang dan malam! Namun begitu, sebagaimana kita ketahui, orang-orang yang berhasil beliau dakwahi tidak banyak. Para pengikut beliau sangatlah sedikit. Banyak yang tidak peduli dan lari. Banyak pula yang menentang dakwah beliau Lihat QS Nuh [71] 5-7.Demikian pula Nabi Ibrahim as. dalam mendakwahi kaumnya. Tantangan dakwah beliau sangat berat. Bahkan beliau harus berhadapan dengan penguasa bengis, Raja Namrud. Akibat dakwah beliau, beliau harus rela dibakar dengan nyala api yang sangat besar yang mengepung beliau Lihat QS al-Anbiya’ [21] 66-69. Tantangan dakwah juga dialami oleh Nabi Luth as., Nabi Musa as., dan para nabi/rasul yang yang sama tentu juga dialami oleh Baginda Rasulullah ﷺ dan para Sahabat beliau. Hanya karena dakwah, Rasulullah ﷺ, misalnya, pernah dipukul sampai pingsan HR Muslim; dilempar dengan batu, dilempari saat melewati Pasar Dzul Majaz oleh Abu Lahab HR Ibnu Hibban; dilempari dengan kotoran unta saat sedang sujud oleh Uqbah bin Abi Mu'ith HR al-Bukhari; hendak diinjak lehernya oleh Abu Jahal saat beliau sedang shalat; diejek dan di-bully saat beliau berdakwah ke Thaif HR Ibnu Hisyam; dicaci-maki bahkan diludahi HR ath-Thabari; dituding gila, tukang sihir, pemecah-belah, yang sama dialami oleh para Sahabat beliau. Ragam penyiksaan, misalnya, dialami antara lain oleh suami-istri, yaitu Yasir dan Sumayah, serta putranya, Ammar. Ada juga Sahabat yang diikat, seperti dialami oleh Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail dan ibunya HR al-Bukhari. Ada yang ditekan oleh Ibunya, seperti dialami oleh Saad bin Abi Waqash HR Ibnu Hibban. Ada yang dijemur di bawah terik matahari, seperti dialami Bilal bin Rabbah HR al-Hakim. Ada yang dilarang tampil dan menyerukan dakwah secara terbuka, seperti dialami oleh Abu Bakar HR al-Bukhari.Rasulullah ﷺ dan para Sahabat juga pernah diboikot selama 3 tahun. Mereka tinggal di suatu lembah. Selama pemboikotan, banyak dari mereka yang kelaparan, terutama anak-anak HR Ibnu Saad dan adz-Dzahabi. Beliau dan para Sahabat pun dihalang-halangi untuk berhijrah. Namun, semua itu tidak sedikit pun membuat mereka mundur dan surut dari jalan Perjuangan DakwahMengapa para nabi dan para rasul Allah ﷻ seluruhnya mengalami ragam tantangan, rintangan dan gangguan di jalan dakwah? Jawabannya setidaknya ada dua. Pertama, karena arah perjuangan dakwah mereka jelas dan tegas menentang segala bentuk kekufuran dan kesyirikan; menentang rezim zalim; menentang sistem status quo yang notabene rusak dan merusak, yang bertentangan dengan risalah yang mereka emban. Itulah risalah tauhid. Risalah yang mengajari manusia agar menyembah dan mengabdi hanya kepada Allah ﷻ. Tentu dengan menjalankan dan menerapkan seluruh syariah-Nya dalam seluruh aspek kehidupan mereka. Dengan begitu yang berlaku di tengah-tengah manusia hanyalah agama-Nya. Allah ﷻ berfirmanهُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًاDialah Allah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan kebenaran agar Dia menangkan atas semua agama. Cukuplah Allah sebagai Saksi TQS al-Fath [48] 28.Kedua, tentu karena konsistensi, keistiqamahan dan keteguhan mereka di jalan dakwah. Tidak ada sedikit pun sikap putus asa, gentar apalagi takut. Mereka pantang mundur dari jalan perjuangan di jalan Allah. Bahkan teror kaum kafir terhadap mereka semakin menambah keimanan kepada Allah ﷻ dan makin menguatkan keyakinan mereka akan pertolongan-Nya. Allah ﷻ berfirmanالَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُMereka ditakut-takuti oleh orang-orang yang berseru, “Sungguh orang-orang telah berkumpul untuk menyerang kalian. Karena itu takutlah kalian kepada mereka!” Namun, seruan itu malah makin menambah keimanan mereka. Mereka berkata, “Cukuplah Allah Penolong kami dan Dia adalah sebaik-baik Penolong.” TQS Ali Imran [3] 173.Karena itulah, sebagaimana Rasulullah ﷺ dan para Sahabat, hendaknya para pengemban dakwah hari ini tetap fokus pada arah perjuangan dakwah mereka. Arah perjuangan dakwah yang hakiki tentu harus tertuju pada penegakan sistem kehidupan Islam atau penerapan syariah Islam secara kâffah dalam seluruh aspek Sikap OptimisKarena itu meski tantangan, rintangan dan gangguan di jalan dakwah sudah pasti terjadi, sudah selayaknya para pengemban dakwah tetap memelihara sikap optimis. Optimis bahwa pada akhirnya pertolongan Allah ﷻ akan segera tiba dan kemenangan dakwah akan segera datang. Sebabnya, pertolongan Allah ﷻ itu amat dekat. Demikian sebagaimana firman-Nyaأَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌApakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, sementara belum datang kepada kalian seumpama yang pernah dialami oleh orang-orang sebelum kalian. Mereka ditimpa ragam kesulitan dan bahaya serta berbagai guncangan hingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersama beliau berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah sungguh pertolongan Allah itu amat dekat TQS al-Baqarah [2] 214.Karena itu pula, agar kita selalu optimis Pertama, harus ditanamkan ke dalam hati kita dan umat ini, bahwa Islam adalah agama yang haq, yang diturunkan oleh Allah ﷻ untuk mengatur seluruh kehidupan umat manusia QS al-Maidah [5] 3.Kedua, harus ditanamkan ke dalam hati kita dan umat ini, bahwa kita adalah umat terbaik QS Ali Imran [3] 110. Karena itu Allah menetapkan kita dan umat ini sebagai pemimpin dunia, dengan membawa peradaban Islam yang sempurna QS al-Baqarah [2] 143.Ketiga, Allah ﷻ juga memerintahkan kita menerapkan pemerintahan berdasarkan wahyu yang telah Dia turunkan QS al-Baqarah [2] 49. Ini merupakan keniscayaan, bahwa kita dan umat ini adalah pemimpin seluruh umat Allah ﷻ telah berjanji akan memenangkan agama-Nya atas semua agama yang lain QS at-Taubah [9] 33; QS al-Fath [48] 28; QS ash-Shaff [61] 9. Janji ini telah dipenuhi oleh Allah ketika Nabi Muhammad ﷺ masih hidup. Ketika Islam dimenangkan atas seluruh agama baik Yahudi, Nasrani, Paganisme maupun yang lain. Ketika itu ideologi belum lahir. Setelah ideologi Kapitalisme dan Sosialisme lahir, Islam memang secara politik dikalahkan, khususnya setelah Khilafah Islam dihancurkan oleh konspirasi kaum kafir, 3 Maret 1924 M. Namun, yakinlah, sesuai dengan janji Allah ﷻ, Islam akan kembali Dia menangkan atas seluruh ideologi yang ada di dunia. Apalagi Allah ﷻ pun berjanji akan memberikan kembali Kekhilafahan-Nya kepada kaum Mukmin dan orang-orang yang melakukan amal shalih, yang tidak menyekutukan Allah dengan yang lain sedikit pun QS an-Nur [24] 55.Kelima, harus ditanamkan ke dalam hati kita dan umat ini bahwa menegakkan Islam dan seluruh syariahnya dalam seluruh aspek kehidupan ini adalah wajib. Haram umat ini dan seluruh manusia diperintah dan dihukumi bukan dengan syariah Allah ﷻ, sebagaimana yang terjadi hari ini. Sebabnya, siapapun yang tidak memerintah dan berhukum dengan syariah-Nya bisa terkategori kafir, zalim atau fasik Lihat QS al-Maidah [5] 44,45 dan 47.Keenam, harus ditanamkan ke dalam hati kita dan umat ini bahwa setelah semua upaya terbaik sudah dilakukan, maka berikutnya adalah urusan Allah ﷻ Lihat QS ath-Thalaq [65] 3. Dengan kata lain, kita wajib bertawakal kepada Allah ﷻ dengan terus melakukan ikhtiar yang terbaik. Inilah yang menjadi hujjah kita di hadapan-Nya ﷻ berfirmanوَٱصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِٱللَّهِ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُ فِى ضَيْقٍ مِّمَّا يَمْكُرُونَ - إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوا وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَBersabarlah Muhammad dan kesabaranmu itu tidak akan terwujud kecuali dengan pertolongan Allah. Janganlah engkau bersedih hati terhadap kekafiran mereka. Jangan pula bersempit dada terhadap tipudaya yang mereka rencanakan. Sungguh Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan para pelaku kebaikan. TQS an-Nahl [16] 127-128. []والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”Kaffah Edisi 226

ngaji #tafir #dakwahKajian Kitab Tafsir Al Qur'an Al AdzimKarya Al Imam Ibnu Katsir RhmSurat Al An'am ayat 7 dstbersama Sayyidil Walid Al Habib Ahmad Syaugi Meski tantangan, rintangan, dan gangguan di jalan dakwah sudah pasti terjadi, sudah selayaknya para pengemban dakwah tetap memelihara sikap optimis. Optimis bahwa pada akhirnya pertolongan Allah Swt. akan segera tiba dan kemenangan dakwah akan segera datang. Sebabnya, pertolongan Allah Swt. itu amat dekat. Muslimah News, KAFFAH — Dakwah adalah jalan para nabi dan rasul Allah Swt.. Tak ada seorang nabi dan rasul pun diutus oleh Allah Swt. kecuali untuk berdakwah; menyampaikan risalah-Nya kepada umat manusia. Para nabi dan rasul adalah orang-orang mulia. Mereka adalah manusia-manusia pilihan Allah Swt.. Demikian pula tugas dakwah yang mereka emban. Sama-sama mulia. Begitu mulianya, tidak ada yang lebih baik daripada aktivitas dakwah. Allah Swt. tegas berfirman, وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ “Siapakah yang lebih baik ucapannya daripada orang-orang yang menyeru manusia ke jalan Allah, beramal saleh, dan berkata, “Sungguh aku ini termasuk kaum muslim.” QS Fushilat [41] 33 Namun demikian, sebagai bagian dari sunatullah, jalan dakwah bukanlah jalan yang mulus. Jalan dakwah adalah jalan terjal, penuh onak dan duri. Jalan yang kadang mengundang bahaya. Karena itu tak sedikit yang berguguran di jalan dakwah. Namun, tidak demikian dengan para nabi dan para rasul. Tak ada satu nabi dan rasul pun kecuali mereka tetap istikamah dan teguh di jalan dakwah. Salah satu contohnya adalah Nabi Nuh as.. Beliau mendakwahi umatnya selama 950 tahun! Lihat QS al-Ankabut [29] 14. Yang luar biasa, beliau mendakwahi umatnya siang dan malam! Namun begitu, sebagaimana kita ketahui, orang-orang yang berhasil beliau dakwahi tidak banyak. Para pengikut beliau sangatlah sedikit. Banyak yang tak peduli dan lari. Banyak pula yang menentang dakwah beliau Lihat QS Nuh [71] 5-7. Demikian pula Nabi Ibrahim as. dalam mendakwahi kaumnya. Tantangan dakwah beliau sangat berat. Bahkan beliau harus berhadapan dengan penguasa bengis, Raja Namrud. Akibat dakwah beliau, beliau harus rela dibakar dengan nyala api yang sangat besar yang mengepung beliau Lihat QS al-Anbiya’ [21] 66-69. Tantangan dakwah juga dialami oleh Nabi Luth as., Nabi Musa as., dan para nabi/rasul yang lain. Hal yang sama tentu juga dialami oleh Baginda Rasulullah saw. dan para Sahabat beliau. Hanya karena dakwah, Rasulullah saw., misalnya, pernah dipukul sampai pingsan HR Muslim; dilempar dengan batu, dilempari saat melewati Pasar Dzul Majaz oleh Abu Lahab HR Ibnu Hibban; dilempari dengan kotoran unta saat sedang sujud oleh Uqbah bin Abi Mu’ith HR al-Bukhari; hendak diinjak lehernya oleh Abu Jahal saat beliau sedang shalat; diejek dan di-bully saat beliau berdakwah ke Thaif HR Ibnu Hisyam; dicaci-maki bahkan diludahi HR ath-Thabari; dituding gila, tukang sihir, pemecah-belah, dan lain-lain. Hal yang sama dialami oleh para sahabat beliau. Ragam penyiksaan, misalnya, dialami antara lain oleh suami istri, yaitu Yasir dan Sumayah, serta putranya, Ammar. Ada juga sahabat yang diikat, seperti dialami oleh Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail dan ibunya HR al-Bukhari. Ada yang ditekan oleh Ibunya, seperti dialami oleh Saad bin Abi Waqash HR Ibnu Hibban. Ada yang dijemur di bawah terik matahari, seperti dialami Bilal bin Rabbah HR al-Hakim. Ada yang dilarang tampil dan menyerukan dakwah secara terbuka, seperti dialami oleh Abu Bakar HR al-Bukhari. Rasulullah saw. dan para sahabat juga pernah diboikot selama 3 tahun. Mereka tinggal di suatu lembah. Selama pemboikotan, banyak dari mereka yang kelaparan, terutama anak-anak HR Ibnu Saad dan adz-Dzahabi. Beliau dan para sahabat pun dihalang-halangi untuk berhijrah. Namun, semua itu tidak sedikit pun membuat mereka mundur dan surut dari jalan dakwah. Arah Perjuangan Dakwah Mengapa para nabi dan rasul Allah Swt. seluruhnya mengalami ragam tantangan, rintangan, dan gangguan di jalan dakwah? Jawabannya setidaknya ada dua. Pertama, karena arah perjuangan dakwah mereka jelas dan tegas menentang segala bentuk kekufuran dan kesyirikan; menentang rezim zalim; menentang sistem status quo yang notabene rusak dan merusak, yang bertentangan dengan risalah yang mereka emban. Itulah risalah tauhid. Risalah yang mengajari manusia agar menyembah dan mengabdi hanya kepada Allah Swt.. Tentu dengan menjalankan dan menerapkan seluruh syariat-Nya dalam seluruh aspek kehidupan mereka. Dengan begitu yang berlaku di tengah-tengah manusia hanyalah agama-Nya. Allah Swt. berfirman, هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا “Dialah Allah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan kebenaran agar Dia menangkan atas semua agama. Cukuplah Allah sebagai Saksi.” QS al-Fath [48] 28 Kedua, tentu karena konsistensi, keistikamahan, dan keteguhan mereka di jalan dakwah. Tak ada sedikit pun sikap putus asa, gentar, apalagi takut. Mereka pantang mundur dari jalan perjuangan di jalan Allah. Bahkan teror kaum kafir terhadap mereka semakin menambah keimanan kepada Allah Swt. dan makin menguatkan keyakinan mereka akan pertolongan-Nya. Allah Swt. berfirman, الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ “Mereka ditakut-takuti oleh orang-orang yang berseru, Sungguh orang-orang telah berkumpul untuk menyerang kalian. Karena itu takutlah kalian kepada mereka!’ Namun, seruan itu malah makin menambah keimanan mereka. Mereka berkata, Cukuplah Allah Penolong kami dan Dia adalah sebaik-baik Penolong.’” QS Ali Imran [3] 173 Karena itulah, sebagaimana Rasulullah saw. dan para sahabat, hendaknya para pengemban dakwah hari ini tetap fokus pada arah perjuangan dakwah mereka. Arah perjuangan dakwah yang hakiki tentu harus tertuju pada penegakan sistem kehidupan Islam atau penerapan syariat Islam secara kafah dalam seluruh aspek kehidupan. Memelihara Sikap Optimis Karena itu meski tantangan, rintangan, dan gangguan di jalan dakwah sudah pasti terjadi, sudah selayaknya para pengemban dakwah tetap memelihara sikap optimis. Optimis bahwa pada akhirnya pertolongan Allah Swt. akan segera tiba dan kemenangan dakwah akan segera datang. Sebabnya, pertolongan Allah Swt. itu amat dekat. Demikian sebagaimana firman-Nya, أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ “Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, sementara belum datang kepada kalian seumpama yang pernah dialami oleh orang-orang sebelum kalian. Mereka ditimpa ragam kesulitan dan bahaya serta berbagai guncangan hingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersama beliau berkata, Kapankah datang pertolongan Allah?’ Ingatlah sungguh pertolongan Allah itu amat dekat.” QS al-Baqarah [2] 214 Karena itu pula, agar kita selalu optimis Pertama, harus ditanamkan ke dalam hati kita dan umat ini, bahwa Islam adalah agama yang hak, yang diturunkan oleh Allah Swt. untuk mengatur seluruh kehidupan umat manusia QS al-Maidah [5] 3. Kedua, harus ditanamkan ke dalam hati kita dan umat ini, bahwa kita adalah umat terbaik QS Ali Imran [3] 110. Karena itu Allah menetapkan kita dan umat ini sebagai pemimpin dunia, dengan membawa peradaban Islam yang sempurna QS al-Baqarah [2] 143. Ketiga, Allah Swt. juga memerintahkan kita menerapkan pemerintahan berdasarkan wahyu yang telah Dia turunkan QS al-Baqarah [2] 49. Ini merupakan keniscayaan, bahwa kita dan umat ini adalah pemimpin seluruh umat manusia. Keempat, Allah Swt. telah berjanji akan memenangkan agama-Nya atas semua agama yang lain QS at-Taubah [9] 33; QS al-Fath [48] 28; QS ash-Shaff [61] 9. Janji ini telah dipenuhi oleh Allah ketika Nabi Muhammad saw. masih hidup. Ketika Islam dimenangkan atas seluruh agama baik Yahudi, Nasrani, Paganisme, maupun yang lain. Ketika itu ideologi belum lahir. Setelah ideologi Kapitalisme dan Sosialisme lahir, Islam memang secara politik dikalahkan, khususnya setelah Khilafah Islam dihancurkan oleh konspirasi kaum kafir, 3 Maret 1924 M. Namun, yakinlah, sesuai dengan janji Allah Swt., Islam akan kembali Dia menangkan atas seluruh ideologi yang ada di dunia. Apalagi Allah Swt. pun berjanji akan memberikan kembali Kekhalifahan-Nya kepada kaum mukmin dan orang-orang yang melakukan amal saleh, yang tidak menyekutukan Allah dengan yang lain sedikit pun QS an-Nur [24] 55. Kelima, harus ditanamkan ke dalam hati kita dan umat ini bahwa menegakkan Islam dan seluruh syariatnya dalam seluruh aspek kehidupan ini adalah wajib. Haram umat ini dan seluruh manusia diperintah dan dihukumi bukan dengan syariat Allah Swt., sebagaimana yang terjadi hari ini. Sebabnya, siapa pun yang tidak memerintah dan berhukum dengan syariat-Nya bisa terkategori kafir, zalim, atau fasik Lihat QS al-Maidah [5] 44,45 dan 47. Keenam, harus ditanamkan ke dalam hati kita dan umat ini bahwa setelah semua upaya terbaik sudah dilakukan, maka berikutnya adalah urusan Allah Swt. Lihat QS ath-Thalaq [65] 3. Dengan kata lain, kita wajib bertawakal kepada Allah Swt. dengan terus melakukan ikhtiar yang terbaik. Inilah yang menjadi hujah kita di hadapan-Nya kelak. WalLâhu a’lam. [] Hikmah Allah Swt. berfirman, وَٱصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِٱللَّهِ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُ فِى ضَيْقٍ مِّمَّا يَمْكُرُونَ – إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوا وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ “Bersabarlah Muhammad dan kesabaranmu itu tidak akan terwujud kecuali dengan pertolongan Allah. Janganlah engkau bersedih hati terhadap kekafiran mereka. Jangan pula bersempit dada terhadap tipudaya yang mereka rencanakan. Sungguh Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan para pelaku kebaikan.” QS an-Nahl [16] 127-128.[MNews/Rgl] === Sumber Buletin Kaffah No. 226 04 Jumadilakhir 1443 H/7 Januari 2022 M TikTokvideo from Bintu_Sulaiman 🌹 (@bintu_sulaiman85): "Jika dengan mencari jalan allah itu, aku dibenci. Maka aku redha 🌹#muslimahtojannah🖤 #tiktokdakwah #dakwah #hidayah #ujian #allahsayang #redha #ilmuagama". suara asli - kepolo. Ilustrasi sarana dakwah salah satunya melalui radio mikrofon di studio podcast maupun study televisi, radio juga. Foto internetOleh Ahmad Khozinudin * kemarin 19/11, saya berjumpa dengan segenap pengemban dakwah di Kota Surabaya. Dalam forum yang hangat, saya diminta untuk menyampaikan sesuatu. Awalnya saya bingung, ingin menyampaikan apa. Namun, penyampaian itu menjadi sesuatu’ bukan karena bahasa tutur, tapi hakekat laku yang bahasa yang tidak berdampak, tidak menggugah, bahkan seperti ungkapan kosong yang diulang-ulang sehingga sangat menjemukan. Karena apa ? Karena bahasa laku terlalu jauh dengan bahasa tutur. Saya mencoba mengawali, menyampaikan bahasa tutur dari laku yang pernah saya sewaktu saya masih remaja dan tergabung dalam RISMA Remaja Masjid Musholla, saya dan kawan-kawan sepantaran biasa diajari berorganisasi. Termasuk untuk dapat menyampaikan dalam berbagai forum, baik sebagai MC atau memberikan mukadimah, kami saat itu hingga saat ini selalu diajari untuk mengucap rasa syukur, atas karunia dan limpahan nikmat Allah SWT. Terutama, nikmat iman dan Islam. Sayangnya, dulu saya tidak terlalu merasakan apa makna nimat iman dan Islam’. Baru setelah mengarungi samudera kehidupan, sangat terasa betapa luar biasanya nikmat iman dan Islam. Dakwahdan jihad, jalan hidup mu'min sejati. Kajian Jihad. Oleh Saif Al Battar Pada 8/04/2013 12:33. Oleh: Ustadz Abu Muhammad Jibriel Abdul Rahman. (Arrahmah.com) - Di medan da'wah dan jihad, pada diri seorang muslim sering muncul sifat dan watak tidak adil, berpura-pura dan munafiq. Seperti saat ini yang sebagian daripada ulama', da'i TETAP TEGAR DI JALAN DAKWAH YANG PENUH RINTANGAN Oleh Muhammad Ihsanudin إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. والصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى عَبْدِهِ وَ رَسُوْلِهِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ الَّذِي لاَ نَبِيَ وَ لاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ إِلَى قِيَامِ السَّاعَةِ - بَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَ أَدَى الأَمَانَةَ وَ نَصَحَ الأُمَّةَ وَ جَاهَدَ فِي سَبِيْلِ اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ . فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ ونفسي بِتَقْوَى اللهِ، وطاعته في كلّ وقت لعلّكم ترحمون قال الله تعالي يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. و قال أيضا يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jum’at Rahimakumullah Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, yang telah mencurahkan kenikmatan dan karunia-Nya yang tak terhingga dan tak pernah putus sepanjang zaman kepada makhluk-Nya. Baik yang berupa kesehatan, kesempatan sehingga pada kesempatan kali ini kita dapat menunaikan kewajiban shalat Jumat di masjid yang mulia ini. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada pemimpin dan uswah kita Nabi Muhammad, yang melalui perjuangannyalah, cahaya Islam ini sampai kepada kita, sehingga kita terbebas dari kejahiliyahan, dan kehinaan. Dan semoga shalawat serta salam juga tercurahkan kepada keluarganya, para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Pada kesempatan kali ini tak lupa saya wasiatkan kepada diri saya pribadi dan kepada jama’ah semuanya, agar kita selalu meningkatkan kwalitas iman dan taqwa kita, karena iman dan taqwa adalah sebaik-baik bekal untuk menuju kehidupan di akhirat kelak. Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jum’at Rahimakumullah Dalam kehidupan kita di era modern ini, salah satu hal yang paling penting untuk kita perhatikan adalah tetap istiqamah dan teguh berada di jalan Allah. Dengan semakin tuanya umur dunia, dan dengan semakin dekatnya zaman menuju hari kiamat, berbagai godaan dan fitnah dunia, baik berupa syubhat ataupun syahwat terus menguji keimanan dan merongrong aqidah seorang muslim, sehingga setiap saat ia bisa tergelincir jatuh ke jurang kesesatan. Merupakan sebuah fakta, bahwa setiap hari ajaran agama ini semakin terasa asing bahkan oleh pemeluknya sendiri. Oleh karena itulah Rasulullah memberikan perumpamaan bahwa orang yang berpegang teguh dalam memegang agamanya akan terasa seperti menggenggam bara api. Rasulullah bersabda القَابِضُ عَلَى دِيْنِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ “Orang yang berpegang teguh terhadap agamanya, bagaikan orang yang menggenggam bara api“ HR. At-Tirmidzi Itulah sebabnya kita melihat banyak terjadi peristiwa riddah atau keluar dari Islam, juga penyelewangan dan penyimpangan dalam beragama. Bahkan di kalangan aktifis Islam, kita juga melihat fenomena mundur dari medan perjuangan dan kemudian hanyut dan tenggelam dalam derasnya arus materialistik dan hedonisme. Dalam kaitannya dengan hal ini, kita harus mengingat kembali peringatan dari Rasulullah shallallahu alahi wasallam mengenai sifat alami dari hati yang selalu berubah dan berbolak-balik. Ada beberapa permisalan yang Rasulullah berikan untuk menggambarkan karakter hati yang rentan dan mudah berubah, seperti dalam sabdanya لَقَلْبُ ابْنِ آدَمَ أَشَدُّ انْقِلاَباً مِنَ الْقِدْرِ إِذَا اجْتَمَعَتْ غَلْياً “Sesungguhnya hati anak Adam itu lebih keras goncangannya daripada panci yang di dalamnya terdapat air yang mendidih“ HR. Ahmad dan Al-Hakim Juga dalam sabdanya إِنَّمَا سُمِّىَ الْقَلْبُ مِنْ تَقَلُّبِهِ، إِنَّمَا مَثَلُ الْقَلْبِ كَمَثَلِ رِيْشَةٍ فِى شَجَرَةٍ يُقَلِّبُهَا الرِّيْحُ ظَهْرًا لِبَطْنٍ “Sesunggunnya hati dinamakan kalbu karena sifatnya yang suka berbolak balik, sesungguhnya perumpamaan hati bagaikan sehelai dedaunan di pohon yang diombang-ambingkan oleh angin“ HR. Ahmad Karena sifat alami dari hati yang selalu berbolak-balik inilah maka kita perlu melakukan upaya maksimal untuk menyelamatkannya dari ujian syahwat dan syubhat. Kita perlu mengetahui apa saja faktor-faktor yang mampu membuat hati tetap teguh dan tegar di tengah hempasan fitnah dunia dan terpaan badai godaan dan cobaan. Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jum’at Rahimakumullah Semua kita pasti tahu bahwa dakwah merupakan kewajiban yang dibebankan atas setiap muslim. Allah Ta’ala tidak menghendaki kita hanya menjadi orang yang shalih, namun lebih dari itu Allah juga mengharapkan kita manjadi muslim yang muslih orang-orang yang mengadakan perbaikan. Mushlih lebih baik daripada Shalih. Karena shalih hanya untuk diri sendiri. Sementara muslih, ia menjadi shalih li nafsihi wa li ghairihi. tidak hanya mementingkan keshalihan pribadi, tapi juga keshalihan orang-orang ada di sekitarnya. Dan keberadaan orang-orang muslih ini lah umat ini akan dijaga oleh Allah. Dalam firman-Nya, Allah Ta’ala berfirman وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَىٰ بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ ”Dan Rabbmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang melakukan perbaikan mushlihun,” QS. Hud 117 Perlu disadari bahwa untuk menjadi muslih ternyata tidaklah mudah. Kita mesti harus berdakwah dan terus memotivasi diri agar tetap bersabar di jalan tersebut. Jalan yang memiliki beban yang sangat berat, beban risalah Ilahiyah, beban menyelamatkan manusia dari kejahilan, kezhaliman dan kesengsaraan. Karena itu, perlu kita sadari bahwa jalan dakwah ini tidaklah ringan, penuh halangan dan rintangan. Terutama dari orang zhalim yang tidak ingin hukum Allah tegak di muka bumi. Ada banyak contoh yang bisa kita petik hikmahnya dari beberapa kejadian yang menimpa para da’i belakangan ini. Mulai dari aksi teror, persekusi, intimidasi, ancaman, penghadangan dan rentetan kezaliman lainnya. Kasus ini tidak hanya menimpa satu dua ustadz, tapi juga dirasakan oleh setiap orang yang lantang menyuarakan kebenaran. Memang, kehadiran orang-orang muslih yang ingin melalukan perbaikan ini selalu menjadi ancaman bagi mereka yang terganggu kebebasannya. Namun di balik kasus itu semua, ada satu hal yang patut kita sadari bersama. Bahwa upaya penggembosan terhadap penyampai pesan kebenaran bukanlah hal baru dalam perjuangan umat Islam. Sejak awal risalah Islam, upaya permusuhan selalu dimunculkan oleh musuh-musuh Islam. Berbagai cara dilakukan, siapa pun yang bergabung dalam penyebaran agama Islam akan dihadang dan dianiaya oleh kafir Quraisy. Beratnya tantangan itu, tidak menyebabkan Rasulullah dan para pengikutnya merasa takut dan meninggalkan tugas mulia ini. Bahkan dalam sebuah riwayat disebutkan, ketika mencapai pada puncak penindasan, Abu Thalib membujuk Nabi shallallahu alaihi wasallam agar meninggalkan dakwahnya. Saat itu, muncul sebuah kalimat agung dari lisan beliau يَا عَمُّ ، وَاَللَّهِ لَوْ وَضَعُوا الشَّمْسَ فِي يَمِينِي ، وَالْقَمَرَ فِي يَسَارِي عَلَى أَنْ أَتْرُكَ هَذَا الْأَمْرَ حَتَّى يُظْهِرَهُ اللَّهُ ، أَوْ أَهْلِكَ فِيهِ ، مَا تَرَكْتُهُ “Demi Allah, seandainya mereka sanggup meletakkan matahari di sebelah kananku dan bulan di sebelah kiriku agar aku mau meninggalkan urusan dakwah ini, aku tidak akan meninggalkannya, sampai Allah memenangkan dakwah ini atau aku hancur karenanya,” Terbukti, selama dua puluh tiga tahun berdakwah, Rasulullah tidak pernah bergeser sedikit pun dari prinsip yang diperjuangkannya. Walaupun dalam perjalanannya beliau seringkali dihina, difitnah, diboikot, bahkan berulang kali diteror dengan upaya pembunuhan. Sebab, beliau paham bahwa risalah yang diembannya itu memang harus siap dimusuhi oleh kaumnya. Sejak pertama kali mendapatkan wahyu, beliau telah diwanti-wanti oleh Waraqah bin Naufal, “Tidak ada seorang pun yang datang membawa kebenaran seperti yang kamu bawa, melainkan pasti akan dimusuhi.” HR. Bukhari Demikianlah karakter dakwah yang harus dipahami oleh para da’i. Perjuangan menegakkan Kalimat Allah bukanlah perkara yang mudah. Ia bukanlah jalan yang mulus dan dipenuhi oleh pujian manusia. Tetapi ia adalah jalan yang sulit penuh dengan perangkap dan cobaan. Jalan yang selalu dihadang dan dimusuhi. Baik secara mental maupun fisik. Laksana kata, dakwah yang haq tanpa dibarengi ujian dan rintangan, seperti sebuah usaha yang patut dipertanyakan; dakwah seperti apakah itu? Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jum’at Rahimakumullah Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menuturkan beratnya beban dakwah ini dengan ungkapannya, “Jalan menuju Allah adalah jalan di mana, Adam kelelahan, Nuh mengeluh, Ibrahim dilempar ke dalam api, Ismail ditelentangkan untuk disembelih, Yusuf dijual dengan harga murah dan dipenjara selama bertahun-tahun, Zakaria digergaji, Yahya disembelih, Ayyub menderita penyakit kulit. Daud menangis melebihi kadar semestinya. Isa berjalan sendirian. Dan Muhammad shallallahu alaihi wassalam mendapatkan kefakiran dan berbagai gangguan. Sementara kalian ingin menempuhnya dengan bersantai ria dan bermain-main? Demi Allah takkan pernah bisa terjadi.” إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ* أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Rabb kami adalah Allah’ lalu mereka istiqamah, maka tidak ada rasa takut atas mereka dan tidaklah mereka merasa sedih. Mereka itulah para penguhi surga, mereka kekal di dalamnya, sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” Al-Ahqaf 13-14 Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jum’at Rahimakumullah Profil para ulama yang merasakan langsung beratnya beban dakwah ini bisa kita temukan di setiap masa perjalanan islam itu sendiri. Para sejarawan Islam banyak mencatat beragam kezaliman yang dirasakan para da’i dalam dakwahnya. Mulai dari masa sahabat, tabiin, tabiut tabiin hinnga pada masa-masa berikutnya. Sebagai contoh, sebut saja misalnya kisah Imam Abu Hanifah yang rela dicambuk karena menolak tawaran khalifah al-Manshur untuk dijadikan qadhi, Imam Malik juga pernah dicambuk oleh penguasa pada zamannya karena tidak mau menuruti titah penguasa, Imam Syafi`i dituduh sebagai pendukung Syiah oleh pendengkinya, Mutharrif bin Mazin. Bahkan dia memprovokasi Khalifah Harun Ar-Rasyid untuk menangkap Imam Syafi`i dan orang-orang alawiyin. Diutuslah Hammad al-Barbari untuk menangkap Imam Syafi`i dan orang-orang alawiyin. Ia dirantai dengan besi bersama orang alawiyin dari Yaman hingga Raqqah, kediaman Harun Ar-Rasyid. Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jum’at Rahimakumullah Imam Ahli Hadits, Ahmad bin Hanbal juga pernah mengalami nasib yang lebih menyakitkan. Ia dicambuk, dipenjara selama 30 bulan oleh Ma`mun gara-gara tidak mengakui kemakhlukan Al-Qur`an sebagaimana yang diyakini kelompok mu`tazilah. Demikian juga dengan Imam Bukhari, beliau terpaksa pergi dari negerinya karena “berusaha disingkirkan” oleh Penguasa Dhahiriyah di Bukhara saat itu, Khalid bin Ahmad al-Dzuhali. Penyebabnya, Imam Bukhari menolak permintaan Khalid untuk mengajar kitab “Al-Jami`” dan “al-Tarikh” di rumahnya. Bukhari beralasan, seharusnya yang butuh ilmulah yang mendatanginya, bukan ulama yang mendatangi yang butuh. Pada akhirnya, Bukhari pergi meninggalkan negerinya tersebut. Kisah-kisah di atas menunjukkan bahwa sudah biasa para ulama dihadang dan dianiaya saat menyampaikan kebenaran. Dan yang menakjubkan adalah tidak ada satu pun dari mereka yang takut lalu mundur meninggalkan jalan dakwah tersebut. Bagaimana pun perlakuan musuh, mereka tetap tegar di atas jalur perjuangan. Mereka cukup memahami bahwa sudah menjadi sunnatullah jika penegak kebenaran akan selalu dimusuhi. Hanya saja, yang menjadi persoalan mendasar bagi umat saat ini adalah sikap terbaik apa yang harus dilakukan ketika ulama dikriminalisasi. Apa hanya diam saja, atau bergerak membantu jalan perjuangan para ulama. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ KHUTBAH KEDUA اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْداً كَثِيْراً طَيِّباً مُبَارَكاً فِيْهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ قَالَ تَعَالَى يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا {وَقَالَ {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا{, أَمَّا بَعْدُ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ دِيْنَكَ وَكِتَابَكَ وَسُنَّةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا المُسْلِمِيْنَ المُسْتَضْعَفِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ، اَللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ فِي أَرْضِ الشَامِ وَفِي كُلِّ مَكَانٍ، اَللَّهُمَّ كُنْ لَنَا وَلَهُمْ حَافِظاً وَمُعِيْنًا وَمُسَدِّداً وَمُؤَيِّدًا، اَللَّهُمَّ وَاغْفِرْ لَنَا ذُنُبَنَا كُلَّهُ؛ دِقَّهُ وَجِلَّهُ، أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ، سِرَّهُ وَعَلَّنَهُ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ حُبَّكَ، وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ، وَحُبَّ العَمَلَ الَّذِيْ يُقَرِّبُنَا إِلَى حُبِّكَ. اَللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِزِيْنَةِ الإِيْمَانِ وَاجْعَلْنَا هُدَاةَ مُهْتَدِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَأَخْرِجْنَا مِنَ الظُلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ. اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ. Kitategaskan, bahwa bukan syarat orang berdakwah itu mencapai tingkat tertinggi dalam ilmu syar'i, tapi setiap manusia punya peran yang sangat penting. Bila panggilan dakwah itu datang, jangan sampai ia menyatakan untuk mundur. Silakan ia tampil di depan, maju untuk berjuang di jalan Allah, dengan syarat sesuai dengan kemampuan yang ia miliki. Oleh IMAM NUR SUHARNOOLEH IMAM NUR SUHARNO Dakwah adalah kewajiban bagi setiap Muslim, laki-laki dan perempuan. Dakwah merupakan tugas para nabi dan rasul QS Yusuf [12] 108, sehingga dakwah ini menjadi aktivitas mulia di hadapan Allah. Apa pun profesi kita, aktivitas dakwah hendaknya melekat dalam diri seorang Muslim dan menjadikan profesi tersebut sebagai sarana dalam dakwah. Hal yang hendaknya dipahami oleh setiap juru dakwah dai, di balik kemuliaan di jalan dakwah, selalu ada rintangan yang menghalangi. Itu merupakan sunatullah dalam kehidupan, pun dalam dakwah. Maka, sikap tsabat hendaknya melekat dalam diri seorang dai. “Dan sungguh, Kami akan benar-benar menguji kamu sehingga Kami mengetahui orang-orang yang benar-benar berjihad dan bersabar di antara kamu; dan akan Kami uji perihal kamu.” QS Muhammad [47] 31. Berkaitan dengam tsabat, Hasan al-Banna menempatkan tsabat dalam urutan ke tujuh dalam rukun komitmen dalam dakwah. Ia mengatakan, "yang saya kehendaki dengan tsabat keteguhan adalah setiap kita dai hendaknya senantiasa bekerja sebagai mujahid di jalan yang mengantarkan kepada tujuan, betapa pun jauh jangkauan dan lama waktunya, sehingga bertemu dengan Allah dalam keadaan demikian, sedangkan ia telah berhasil mendapatkan salah satu dari dua kebaikan, yaitu meraih kemenangan atau syahid di jalan-Nya." Dalam hal ini Allah SWT berfirman, “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada pula yang menunggu-nunggu dan mereka tidak mengubah janjinya.” QS al-Ahzab [33] 23. Lanjut al-Banna, waktu bagi kita adalah bagian dari solusi. Sedangkan jalan yang akan kami tempuh ini lama masanya, panjang tahapannya, dan banyak tantangannya. Namun, dialah satu-satunya jalan yang dapat mengantarkan kepada tujuan dengan janji imbalan yang besar dan pahala yang indah. “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” QS Ali Imran [3] 104. Dalam ayat tersebut, "makruf" adalah segala perbuatan aktivitas yang mendekatkan seseorang kepada Allah; sedangkan "mungkar" ialah segala perbuatan yang menjauhkan diri dari-Nya. Dan, dakwah sebagai aktivitas yang mengajak kepada yang makruf dan mencegah hal yang mungkar. Setiap sarana dalam dakwah membutuhkan kesiapan yang matang, penetapan waktu yang tepat, dan pelaksanaan yang cermat. Semua itu sangat dipengaruhi oleh waktu. Maka, tatkala mereka berkata “Kapan itu akan terjadi?” Katakanlah “Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat.” QS al-Isra [17] 51. Semoga Allah mengokohkan langkah para dai agar dapat menghadapi segala macam rintangan dalam dakwah. Amin. . 38 61 234 384 298 126 49 315

jalan dakwah itu berat